Sebuah pencapaian penting tercatat dalam peta ekspor kopi Indonesia. Sebanyak 15 ton kopi arabika Argopuro asal Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, telah memulai perjalanannya menuju pasar elit Arab Saudi. Momen bersejarah ini bukan sekadar transaksi ekspor biasa, melainkan sebuah tonggak konkret yang menandai dimulainya sebuah terobosan strategis: peluncuran program Holding UMKM pada klaster perkebunan oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kementerian UMKM).
Dalam visi besar Kementerian UMKM, program Holding UMKM ini dirancang sebagai sebuah strategi komprehensif untuk menjembatani kesenjangan yang selama ini memisahkan pelaku UMKM dengan ekonomi global. Bagus Rachman, Deputi Bidang Usaha Menengah Kementerian UMKM, menegaskan bahwa esensi dari inisiatif ini adalah menciptakan sebuah ekosistem rantai pasok yang terpadu dan saling menguatkan. "Inti dari program ini adalah untuk mengatasi disconnectivity atau keterpisahan yang selama menjadi hambatan struktural bagi UMKM," ujar Bagus usai melepas ekspor kopi tersebut dari lereng Gunung Argopuro.
Ia menjelaskan lebih detail bahwa keterpisahan itu termanifestasi dalam bentuk minimnya akses UMKM kepada pembiayaan yang layak, adopsi teknologi modern, dan yang terpenting, jalan menuju pasar internasional. Untuk memutus mata rantai masalah ini, Kementerian UMKM memperkenalkan sebuah model kolaborasi yang inovatif.
Model Holding UMKM ini menempatkan usaha menengah sebagai operator inti yang bertugas menggerakkan empat pilar strategis secara simultan. Keempat pilar tersebut dirancang untuk membangun fondasi yang kokoh dari hulu ke hilir:
Pilar Aggregator: Bertugas mengonsolidasikan dan mengintegrasikan puluhan bahkan ratusan usaha mikro dan kecil dalam satu klaster—dalam hal ini, klaster perkebunan kopi. Konsolidasi ini mutlak diperlukan untuk menciptakan skala ekonomi dan efisiensi produksi, sehingga produk UMKM memiliki kuantitas dan kualitas yang konsisten untuk memenuhi permintaan pasar global.
Pilar Inkubasi: Lebih dari sekadar penggabungan, pilar ini berfokus pada penguatan kapasitas dan pendampingan berkelanjutan. Usaha mikro dan kecil dibina untuk "naik kelas", baik dari segi manajemen usaha, standar mutu, hingga teknik pemasaran yang modern.
Pilar Pemasaran: Pilar inilah yang ujung tombaknya, yang secara langsung mendorong produk seperti kopi arabika Argopuro hingga bisa sampai ke Arab Saudi. Pilar ini bertugas memperluas akses pasar domestik dan internasional dengan menjamin kontinuitas pasokan dan kualitas produk yang tidak lagi sporadis, namun terstandarisasi.
Pilar Pendanaan: Sebagai penopang, pilar ini membuka akses pembiayaan yang terintegrasi dan lebih minim risiko. Dengan berkumpulnya UMKM dalam satu holding yang dikelola secara profesional, lembaga keuangan menjadi lebih percaya diri untuk menyalurkan modal.
Melalui pendekatan klaster yang sinergis ini, Kementerian UMKM bertekad mentransformasi cara berusaha UMKM. Tidak lagi berjalan sendiri-sendiri dan terpecah-pecah, melainkan terhubung, terintegrasi, dan saling menguatkan dalam satu ekosistem yang mendorong produktivitas, efisiensi, inovasi, dan yang paling penting, keberlanjutan. Ekspor kopi Situbondo ini adalah bukti awal bahwa dengan kolaborasi yang terstruktur, UMKM Indonesia memiliki potensi luar biasa untuk menjadi pemain tangguh di kancah persaingan global.
- Get link
- X
- Other Apps
Labels
Berita Situbondo- Get link
- X
- Other Apps