Situbondo , sebuah kabupaten di Jawa Timur yang kaya akan budaya dan keindahan alamnya, juga menyimpan harta karun kuliner yang memikat. Lima hidangan khas yang wajib Anda coba saat berkunjung ke Situbondo adalah Nasi Sodu, Tajin Palappa, dan Nasi Karak. Setiap hidangan memiliki cerita dan cita rasa unik yang akan memanjakan lidah Anda. 1. Nasi Sodu Nasi Sodu atau "nasek sodu" dalam bahasa setempat adalah kuliner legendaris yang sederhana namun menggugah selera. Kata "sodu" sendiri dalam bahasa Madura diartikan sebagai "lodeh". Hidangan ini terdiri dari nasi putih yang disiram dengan kuah santan agak kental yang berisi potongan labu siam dan ikan laut, seperti cakalang. Nasi Sodu memiliki cita rasa yang dominan gurih dan sedikit asin, berbeda dengan lodeh pada umumnya yang cenderung manis. Keunikan lainnya adalah cara penyajiannya yang menggunakan alas daun pisang, yang menambah aroma wangi pada hidangan. Biasanya, Nasi Sodu disajikan hangat dengan tambah...
SDIT Bina Insan, IKADI, dan Salimah Situbondo Gelar Peringatan Maulid Nabi, Tekankan Peneladanan Akhlak Rasulullah
SITUBONDO – Dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H, SDIT Bina Insan bersama IKADI (Ikatan Dai Indonesia) Situbondo dan Salimah Situbondo menyelenggarakan kajian islami yang khidmat dengan tema "Menggali Hikmah dari Akhlak dan Perjuangan Nabi Muhammad SAW". Acara yang berlangsung pada Sabtu, 23 Agustus 2025, di Masjid Bina Insan Panji tersebut, dihadiri oleh orang tua siswa, guru, dan masyarakat umum.
Kegiatan yang mengusung semangat untuk menggalakkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW ini menghadirkan Ustaz Agus Rohmawan dari IKADI Jawa Timur sebagai narasumber. Dalam ceramahnya yang mendalam, Ustaz Agus menekankan pentingnya meneladani Rasulullah SAW sesuai dengan tingkat keimanan dan kemampuan masing-masing individu.
“Kita tidak harus langsung menjadi sempurna seperti Rasulullah. Mulailah dari hal-hal kecil yang mampu kita lakukan. Yang terpenting adalah konsistensi dan keikhlasan dalam meniti jalan kebaikan,” pesannya.
Ustaz Agus juga mengajak jamaah untuk mencontoh semangat dakwah Rasulullah, baik dalam keadaan sunyi (sirriyah) maupun terang-terangan (jahriyah). Dia menjelaskan bahwa setiap muslim adalah dai yang harus menyebarkan kebaikan sesuai dengan kapasitas dan lingkungannya. Keberhasilan dakwah Rasulullah, menurutnya, tidak lepas dari akhlaknya yang agung, sebagaimana pujian Allah SWT dalam Surat Al-Qalam ayat 4, “Wa innaka la’alā khuluqin ‘azhīm” (Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung).
“Inilah kunci utama yang harus kita ambil: meneladani akhlak beliau dalam bermuamalah, bergaul, dan berdakwah. Itulah yang akan membuat Islam diterima dengan baik,” tegasnya.
Sebelumnya, dalam sambutan pembukanya, Kepala SDIT Bina Insan, Faridah L. Mukaroma, S.Pi., menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya acara dan partisipasi seluruh jamaah. Ia berharap kegiatan ini dapat memakmurkan masjid sebagai pusat peradaban dan kajian Islam.
“Kehadiran Bapak dan Ibu pada kajian siang hari ini, dengan meninggalkan kesibukan sejenak, adalah bukti cinta kita kepada Rasulullah SAW. Semoga ini menjadi amal jariyah dan pembuka pintu rezeki yang barokah,” ujarnya.
Faridah juga menekankan pentingnya meneladani kehidupan keluarga Rasulullah SAW dalam membangun rumah tangga yang sakinah. Keluarga Nabi, menurutnya, adalah contoh terbaik dalam mendidik anak, mencintai istri, dan menciptakan harmoni dalam rumah tangga yang penuh berkah.
Melalui peringatan Maulid Nabi ini, diharapkan dapat semakin memupuk kecintaan umat kepada Rasulullah SAW dan mengimplementasikan sunnah-sunnah beliau dalam kehidupan sehari-hari, demi terwujudnya masyarakat yang berakhlak mulia.
“Kita tidak harus langsung menjadi sempurna seperti Rasulullah. Mulailah dari hal-hal kecil yang mampu kita lakukan. Yang terpenting adalah konsistensi dan keikhlasan dalam meniti jalan kebaikan,” pesannya.
Ustaz Agus juga mengajak jamaah untuk mencontoh semangat dakwah Rasulullah, baik dalam keadaan sunyi (sirriyah) maupun terang-terangan (jahriyah). Dia menjelaskan bahwa setiap muslim adalah dai yang harus menyebarkan kebaikan sesuai dengan kapasitas dan lingkungannya. Keberhasilan dakwah Rasulullah, menurutnya, tidak lepas dari akhlaknya yang agung, sebagaimana pujian Allah SWT dalam Surat Al-Qalam ayat 4, “Wa innaka la’alā khuluqin ‘azhīm” (Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung).
“Inilah kunci utama yang harus kita ambil: meneladani akhlak beliau dalam bermuamalah, bergaul, dan berdakwah. Itulah yang akan membuat Islam diterima dengan baik,” tegasnya.
“Kehadiran Bapak dan Ibu pada kajian siang hari ini, dengan meninggalkan kesibukan sejenak, adalah bukti cinta kita kepada Rasulullah SAW. Semoga ini menjadi amal jariyah dan pembuka pintu rezeki yang barokah,” ujarnya.
Faridah juga menekankan pentingnya meneladani kehidupan keluarga Rasulullah SAW dalam membangun rumah tangga yang sakinah. Keluarga Nabi, menurutnya, adalah contoh terbaik dalam mendidik anak, mencintai istri, dan menciptakan harmoni dalam rumah tangga yang penuh berkah.
Melalui peringatan Maulid Nabi ini, diharapkan dapat semakin memupuk kecintaan umat kepada Rasulullah SAW dan mengimplementasikan sunnah-sunnah beliau dalam kehidupan sehari-hari, demi terwujudnya masyarakat yang berakhlak mulia.