Kabid Pengendalian Penduduk Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Situbondo Danik Sumartini dalam pelatihannya kepada ibu ibu PKK hari kami (21/8/2025) menyebutkan angka prevelansi stunting di Situbondo mencapai 10,6 persen.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, dan stimulasi yang tidak memadai. Ini bukan hanya tentang tubuh yang pendek, tetapi juga berdampak pada perkembangan otak dan kemampuan kognitif anak.
Strategi Pencegahan Berdasarkan Penyebab di Situbondo
Faktor penyebab stunting di daerah pesisir seperti Situbondo seringkali spesifik, seperti akses terhadap protein hewani yang sebenarnya melimpah (ikan) namun belum dimanfaatkan optimal, pola asuh, dan sanitasi.
A. Untuk Calon Ibu & Ibu Hamil (1000 Hari Pertama Kehidupan - Masa Emas)
Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care) Teratur: Minimal 6 kali selama kehamilan. Manfaatkan Posyandu, Puskesmas, dan bidan desa untuk memantau kesehatan dan mendapat tablet tambah darah.
Konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD): Anemia pada ibu hamil sangat berisiko menyebabkan bayi lahir dengan berat rendah. Minum 1 tablet setiap hari selama kehamilan.
Gizi Seimbang untuk Ibu Hamil & Menyusui:
Perbanyak Protein: Manfaatkan sumber protein lokal yang murah dan melimpah di Situbondo, seperti ikan laut (tenggiri, tongkol, lemuru), ikan teri, telur, dan tempe/tahu.
Isi Piringku: Pastikan setiap piring berisi karbohidrat, lauk-pauk, sayuran (kangkung, bayam), dan buah-buahan.
Hindari Pantangan Mitos: Jangan percaya mitos bahwa ibu hamil tidak boleh makan ikan atau telur karena bisa bau amis pada bayi. Itu tidak benar.
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif:
Lakukan IMD dalam 1 jam pertama setelah lahir.
Berikan ASI saja hingga bayi berusia 6 bulan. ASI adalah makanan terbaik untuk mencegah stunting.
MPASI Bergizi (Setelah 6 Bulan):
Kaya Protein dan Zat Besi: MPASI tidak hanya bubur nasi. Tambahkan ikan yang sudah dihaluskan, hati ayam, telur, kacang hijau, atau udang kecil.
Variasi Menu: Jangan hanya memberi bubur instan. Buat MPASI rumahan dengan bahan lokal yang lebih bergizi dan terjangkau.
Frekuensi: Beri makan 3-4 kali sehari dengan porsi sesuai usia, ditambah 2 kali selingan (buah pisang, pepaya).
Pemantauan Pertumbuhan:
Timbang Bayi/Balita Setiap Bulan di Posyandu. Grafik di Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah alat deteksi dini yang crucial. Jika berat badannya tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut, segera konsultasi ke Puskesmas.
Imunisasi Lengkap: Imunisasi melindungi anak dari penyakit infeksi yang dapat menghambat penyerapan gizi dan menyebabkan stunting.
C. Untuk Keluarga (Pola Asuh dan Lingkungan)
Pola Asuh dan Edukasi Orang Tua:
Peran Ayah: Ayah harus terlibat aktif dalam mendukung ibu dan memastikan kecukupan gizi keluarga.
Hindari Makanan "Junk Food": Batasi uang jajan untuk membeli camilan rendah gizi. Ganti dengan buah atau makanan bergizi buatan rumah.
Stimulasi: Ajak anak bicara, bermain, dan membaca untuk perkembangan otaknya.
Perbaikan Sanitasi dan Higiene:
Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS): Gunakan jamban sehat. Tinja yang mencemari lingkungan adalah sumber penyakit (diare, cacingan) yang menyebabkan gizi tidak terserap.
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS): Lakukan sebelum makan, setelah BAB, dan setelah kontak dengan hewan. Ini mencegah penularan penyakit.
Air Bersih: Pastikan sumber air minum keluarga terlindungi dan bersih.
Peran Kader dan Masyarakat Situbondo
Edukasi Berbasis Budaya: Kader kesehatan dan tokoh masyarakat dapat menyampaikan pesan pencegahan stunting dalam bahasa Madura/Jawa yang mudah dipahami, menggunakan contoh bahan pangan lokal.
Kelompok Pendukung Ibu: Membentuk kelompok di dusun-dusun dimana ibu bisa berbagi pengalaman dan resep MPASI berbahan ikan dan hasil laut lainnya.
Dapur Sehat Atasi Stunting: Inisiatif untuk mengolah makanan bergizi dari bahan lokal secara bersama-sama untuk balita yang berisiko stunting.
Peran Pemerintah Daerah dan Stakeholder
Konvergensi Program: Koordinasi yang kuat antara Dinas Kesehatan, Dinas PMD, Dinas Perikanan, Dinas Pertanian, dan DP3AKB untuk menyasar desa-desa prioritas stunting.
Optimalisasi Potensi Lokal:
Dinas Perikanan: Bisa mengadakan pelatihan pengolahan ikan untuk ibu-ibu (contoh: membuat nugget ikan, bakso ikan, abon ikan) agar anak tidak bosan.
Dinas Pertanian: Promosikan program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) untuk menanam sayur dan ternak lele/ayam di pekarangan rumah.
Akses ke Air Bersih dan Sanitasi: Mempercepat program pembangunan sanitasi layak (STBM) terutama di daerah pelosok dan pesisir.
Sosialisasi Massif: Gunakan media lokal, radio, dan spanduk di tempat umum dengan pesan yang jelas dan visual yang menarik tentang pentingnya gizi dan imunisasi.
Kesimpulan
Mencegah stunting di Situbondo membutuhkan pendekatan holistik yang dimulai dari 1000 HPK, memanfaatkan sumber daya lokal (khususnya ikan dan hasil laut) yang melimpah, memperbaiki sanitasi, dan didukung oleh edukasi pola asuh yang tepat. Kolaborasi antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah daerah adalah kunci keberhasilan.
Langkah Awal yang Bisa Dilakukan Sekarang:
Jika Anda ibu hamil, minumlah tablet tambah darah dan periksa kehamilan secara teratur.
Bawa balita Anda ke Posyandu setiap bulan untuk ditimbang.
Masukkan ikan atau telur ke dalam menu makan keluarga setiap hari.
Pastikan keluarga Anda menggunakan jamban sehat dan cuci tangan dengan sabun.
Dengan kerja sama semua pihak, Situbondo Bisa bebas dari stunting!